Mukomukomangimbau.com – Kabupaten Mukomuko sekarang ini sudah 22 tahun menjadi sebuah daerah otonom di Provinsi Bengkulu. Tanggal 25 Februari diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Mukomuko.
Di momen peringatan hari jadi atau HUT Kabupaten Mukomuko ini, baik bagi kita membuka kembali lembaran sejarah daerah ini.
Dikutip dari pidato Badan Pemekaran ex Kewedanan Mukomuko, H. Bismarifni pada Rapat Paripurna Istimewa dalam rangka memperingati hari jadi ke-22 Kabupaten Mukomuko, pada hari Senin 24 Februari 2025 lalu, perjuangan pemekaran Kabupaten Mukomuko tidaklah singkat.
Dalam pidatonya, Bismarifni menuturkan, perjuangan panjang itu dimulai sejak tahun 1968. Sesepuh Mukomuko membentuk sebuah wadah perjuangan bernama Presidium Pemekaran ex Kewedanan Mukomuko.
Pada tahun 1968 itu, bersamaan dengan terbentuknya Provinsi Bengkulu.
Kata Bismarifni, Presidium Pemekaran itu diketuai oleh B.I. Arif, seorang Pasirah Kepala Marga Pasar Mukomuko. Dan sekretaris Presidium yaitu Naib Munir.
Atas nama Presidium Pemekaran, B.I Arif CS mengusulkan kepada pemerintah pusat agar ex Kewedanan Mukomuko dijadikan sebuah kabupaten.
Hanya saja perjuangan tersebut belum berhasil. Salah satu yang menjadi kendala yaitu jumlah penduduk yang belum cukup.
Perjuangan pemekaran yang telah dimulai itu tidak berhenti begitu saja. Para tokoh presidium mencari cara agar jumlah penduduk bisa bertambah lebih cepat.
Dan akhirnya disepakati, presidium pemekaran mengusulkan kepada kepada Presiden RI kala itu, agar memasukan program transmigrasi ke wilayah ex Kewedanan Mukomuko.
Bak dayung bersambut. Program transmigrasi sedang digencarkan oleh pemerintah pusat, usulan presidium pemekaran dikabulkan. Transmigrasi masuk di wilayah Ipuh yakni Satuan Penduduk (SP) 1, SP2. Lalu menyusul Transmigrasi di Air Manjunto SP1 dan SP2.
Lalu transmigrasi terus bertambah setiap tahun. Sehingga jumlah penduduk di wilayah ex Kewedanan Mukomuko naik drastis.
“Untuk itu berterima kasihlah kita kepada Peresidium atas perjuangannnya jumlah penduduk kita bertambah, sehingga saat ini kita bisa tegak sama tinggi duduk sama rendah, tidak ada lagi perbedaan suku, ras mupun etnis, mari kita bersatu menjadi masyarakat mukomuko seutuhnya, mari kita bahu membahu membangun kabupaten untuk lebih maju sesuai dengan bidang kita masing-masing,” tegas Bismarifni dalam pidatonya.
Kemudian, para tokoh presidium pemekaran, pada tahun 1976, pernah memperjuangkan pemindahan Ibukota Kabupaten Bengkulu Utara dari Kota Bengkulu ke Mukomuko.
“Tapi dengan pertimbangan jarak tempuh dan pertimbangan tekhnis lainya, maka jatuhlah Ibukota Bengkulu Utara di Pematang Lajau Kecamatan Lais Arga Makmur,” ungkap Bismarifni.
Pada tahun 1999, pasca kekuasaan Orde Baru runtuh, tokoh-tokoh, cedikiawan Mukomuko baik yang tinggal di Mukomuko atau merantau kembali menyatukan pemikiran berjuang bersama.
Para tokoh dari 5 kecamatan di wilayah ex Kewedanan Mukomuko yakni Kecamantan Mukomuko Utara, Kecamatan Mukomuko Selatan, Kecamatan Lubuk Pinang, Kecamatan Teras terunjam, kecamatan Pondok Suguh berkumpul.
Pada tanggal 20 November tahun 2000 akhirnya disepakati dibentuknya sebuah wadah Badan Perjuangan Pemekaran ex Kewedanan Mukomuko menjadi Kabupaten Mukomuko.
Badan Perjuangan Pemekaran ini diketuai oleh Amandeka Amir perwakilan Kecamatan Mukomuko Selatan, Sekretaris Bismarifni wakil Mukomuko Utara, dan setiap kecamatan mengisi posisi struktur organisasi Badan Perjuangan Pemekaran ini.
“Badan Perjuangan Pemekaran Ex Kewedanaan Mukomuko Menjadi Kabupaten Mukomuko ini, pusatnya di Arga Makmur, dan badan perjuangan yang ada di Kecamatan, di provinsi dan termasuk di Jakarta dijadikan perwakilan,” papar Bismarifni yang sekarang diamanahkan sebagai Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kabupaten Mukomuko.
Bersamaan dengan hiruk pikuk politik nasional. Pergantian Presiden dari BJ. Habibie ke Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Lalu Gus Dur dimakzulkan dan Megawati Soekarnoputri naik takhta menjadi Presiden, semangat para tokoh Badan Perjuangan Pemekaran tak pernah surut.
Kesempatan justru datang saat Megawati Soekarnoputri menjadi orang nomor satu di republik ini.
Megawati lahir dari rahim Fatmawati, putri Bengkulu. Dan Fatmawati masih berdarah Mukomuko.
Terlepas dari “irisan” darah itu, pada tanggal 25 Februari 2003, Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengesahkan Undang-undang Nomor 03 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten Kaur.
Tiga bulan setelah Undang-undang disahkan, tepatnya pada tanggal 23 Mei 2003, Kabupaten Mukomuko diresmikan dan dihari yang sama ditunjuk pejabat karateker yaitu Amandeka Amir.
Perjuangan panjang yang dimulai sejak 1968 itu akhirnya membuahkan hasil setelah 35 tahun.
_Disclaimer: artikel ini dikutip dari pidato resmi Badan Perjuangan Pemekaran ex Kewedanan Mukomuko menjadi Kabupaten Mukomuko yang disampikan oleh Bismarifni selaku sekretaris, pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD dalam rangka memperingati hari jadi ke-22 Kabupaten Mukomuko)_<